Mengerti Function Point
Untuk mengetahui ukuran software yang akan dibuat sangat penting karena
akan berpengaruh pada biaya dalam produksi software tesebut. Salah satu cara yang populer untuk melakukan pengukuran perangkat lunak dapat mengunakan cara yang bernama FUNCTION POINT. Hasil dari metode Function Point akan
lebih mudah dipahami oleh pengguna non teknis yang dapat membantu
mengkomunikasikan informasi ukuran software ke pengguna atau client.
Function Point dikembangkan pertama kali oleh Allan J. Albrecht di
pertengahan tahun 1970-an. Merupakan upaya untuk mengatasi kesulitan
yang berhubungan dengan kode program sebagai ukuran dari ukuran
perangkat lunak, dan untuk membantu dalam memprediksi effort dalam
development perangkat lunak.
Function Point adalah sebuah sebuh teknik terstruktur dalam memecahkan
masalah dengan cara memecah sistem menjadi komponen yang lebih kecil dan
menetapkan beberapa karakteristik dari sebuah software sehingga dapat
lebih mudah dipahami dan dianalisis.
Function Point mengukur dari perspektif Functional dari software yang
akan dibangun, terlepas dari bahasa programaan, metode development atau
platform perangkat keras yang digunakan,
Function Point harus dilakukan oleh orang terlatih dan berpengalaman
dalam development software, karena dalam memberikan nilai-nilai dari
setiap komponen Function point bersifat subyektif, dan akan wajar
apabila hasil perhitungan function point seseorang akan berbeda dengan
yang lain.
Pengerjaan Function poin harus dimasukkan sebagai bagian dari rencana
proyek secara keseluruhan. Artinya harus dijadwalkan dan direncanakan
pengerjaannya.
Hasil dari pengukuran menggunakan Function Point dapat digunakan untuk
mengestimasi biaya dan effort yang diperlukan dalam development
perangkat lunak.
Tahapan Menghitung Function Point
Selanjutnya akan langsung implementasi pada contoh soal.
Langkah pertama : Menghitung Crude Function Points (CFP)
Crude Function Points (CFP) adalah untuk menghitung bobot nilai dari komponen-komponen Function Point yang dikaitkan dengan software yang akan dibuat. Dimana terdapat 5 komponen yaitu :
- Input, Berkaitan dengan interface yang lakukan pengguna/user dalam memasukan data pada aplikasi.
- Output, Berkaitan dengan output yang dihasilkan aplikasi untuk pengguna/user yang dapat berupa laporan di print atau yang ditampilkan pada layar.
- Query, Berkaitan dengan query terhadap data yang tersimpan.
- File, berkaitan dengan logic penyimpan data yang dapat berupa file atau semacam database relational.
- Eksternal Interface, Berkaitan dengan komunikasi data pada parangkat/mesin yang lain, contoh nya adalah membuat aplikasi SMS Server yang membutuhkan. koneksi pada perangkat keras Modem telepon.
Dalam soal telah di definisikan 5 komponen tersebut, sehingga selanjutnya dapat dilakukan pembobotan perpointnya dengan ketentuan 30% simple, 40% complex dan 30% average. untuk lebih jelasnya seperti gambar dibawah ini.
*Nilai-nilai Bobot dari setiap komponen merupakan ketetapan atau
konstanta yang dibuat oleh Function Point Internasional User Group
(IFPUG)
Langkah Kedua : Menghitung Relative Complexity Adjustment Factor (RCAF)
RCAF digunakan untuk menghitung bobot kompleksitas dari software berdasarkan 14 karakteristik.
Penilaian Komplesitas memilik skala 0 s/d 5
- 0 = Tidak Pengaruh
- 1 = Insidental
- 2 = Moderat
- 3 = Rata-rata
- 4 = Signifikan
- 5 = Essential
namun pada case study diatas nilai RCAF telah diketahui, yaitu 547
TAHAP 3 : Menghitung Function Point (FP)
Adalah proses melakukan perhitungan untuk mendapat nilai Function point dari sofrware yang akan dibangun
Rumus FP
- FP = CFP x (0.65 + 0.01 x RCAF)
*Angka 0.65 dan 0.01 adalah ketetepan atau konstanta yang dibuat oleh Function Point Internasional User Group (IFPUG)
Sehingga dalam study kasus tersebut Function Pointnya adalah
FP = 547 x (0.65 + 0.01 x 547) = 667,34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar